Rabu, 18 Desember 2024

Cerita Pendek Karya Reinard Nathanael Hendrian

Cerita Saat di Danau Toba    


Suatu hari, kelas 6-7A di sekolah HighScope merencanakan liburan ke Danau Toba. Liburan ini mereka pilih untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran setelah menyelesaikan dua triwulan yang melelahkan di sekolah.

"Sebelum berangkat, kita harus persiapkan segala sesuatunya, ya," ujar Ms. Muthi, guru kelas, sambil memastikan semua sudah siap.

“Ms. Muthi, apakah kita perlu membawa tenda?” tanya Erick, salah seorang siswa.

"Iya, Erick," jawab Ms. Muthi.

“Ms. Muthi, kita perlu membawa laptop?” Erick kembali bertanya.

"Hm, sepertinya tergantung kebutuhan anak-anak saja. Kalau kalian ingin membawa, silakan. Tapi jika tidak, tidak apa-apa," jelas Ms. Muthi.

“Mr. Adi, perlu bawa bantal, bantal guling, selimut, dan boneka nggak?” Anya bertanya kepada guru pria itu.

“Bawa barang-barang seperlunya saja, Anya. Jangan terlalu banyak. Nanti kalian sendiri yang kerepotan,” jawab Mr. Adi.

“Boleh bawa alat elektronik tidak ya, Mr. Adi?” tanya Safendra dan Reinard serempak.

“TERSERAH!” jawab Ms. Muthi dan Mr. Adi kompak, sudah lelah dengan deretan pertanyaan dari murid-murid.

"Ms. Muthi, perlu bawa baju nggak?" tanya Michelle dan Sevita dengan usil.

"YA IYALAH!" jawab Ms. Muthi sambil sedikit gemas.

Kali ini, giliran Raffa dan Angel yang bertanya, “Ms. Muthi, di Danau Toba boleh mandi nggak? Kami cuma tanya saja.”

“Boleh, tapi harus bilang permisi dulu,” jawab Mr. Adi.

“APA?” seru semua siswa kaget.

“Iya, benar,” tegas Mr. Adi.

“Itu peraturan baru ya, Miss? Aku baru tahu kalau di Danau Toba boleh mandi, tapi harus izin dulu,” kata Kimmie keheranan.

“Bukan peraturan baru, tapi ini adalah salah satu mitos di Danau Toba. Konon, kita harus meminta izin untuk mandi di sana sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang menjaga Danau Toba,” jelas Ms. Muthi.

“Baik, Miss,” jawab anak-anak, meskipun masih merasa penasaran.

Namun, tanpa mereka sadari, Anya ternyata diam-diam pergi ke toilet karena perutnya yang mendadak sakit. Ia pun tertinggal dan tidak mendengar peringatan tersebut.

Akhirnya, hari yang dinanti pun tiba.

"SEMUANYA SIAP?" tanya Mr. Adi dengan semangat.

“SIAP, MR. ADI!!!” jawab anak-anak serempak.

Perjalanan dimulai dengan ceria. Di dalam bus, televisi terus menampilkan pemandangan indah Danau Toba. Namun, ada running text yang muncul di bagian atas layar: "Kalau mau mandi, harus minta izin dan permisi." Anya masih tertidur pulas di kursinya, tidak terganggu oleh keseruan teman-temannya.

“Wah, di Danau Toba memang harus bilang permisi sebelum mandi,” kata Kimmie terkejut.

Mereka pun melanjutkan perjalanan, dan setelah beberapa jam, akhirnya sampai di sebuah desa dekat Danau Toba. Mereka memesan empat unit rumah untuk tempat tinggal selama liburan.

Rumah pertama ditempati oleh Erick, Safendra, dan Reinard. Rumah kedua dihuni oleh Angel, Raffa, dan Anya. Rumah ketiga ditempati oleh Michelle, Kimmie, dan Sevita. Sedangkan rumah keempat adalah tempat tinggal para guru.

Di rumah pertama, Erick, Safendra, dan Reinard langsung terbaring lelah setelah perjalanan panjang. Mereka merasa kepanasan dan mulai berkeringat.

“Aku hidupkan AC-nya, ya,” kata Erick.

“Iya, tolong,” jawab Safendra dan Reinard serentak.

Setelah mandi, Erick langsung tidur, sementara Safendra dan Reinard bermain gawai.

Di rumah ketiga, Michelle, Kimmie, dan Sevita menikmati suasana yang sejuk.

“Wah, dingin ya,” kata Sevita.

“Enak, tapi seger,” kata Kimmie.

Mereka berenang dan bersenang-senang. Namun, ketika hujan mulai turun, mereka kembali ke rumah dan mandi.

Di rumah kedua, giliran Raffa yang pertama mandi.

"Permisi," kata Raffa dengan sopan.

Setelah itu, Angel masuk dan juga mengatakan, "Permisi."

Namun, Raffa tidak sengaja mengambil sampo milik Angel, sehingga ia kembali masuk ke kamar mandi.

"Tunggu, Angel!" kata Raffa sambil memberikan sampo itu kepada Angel.

Akhirnya, giliran Anya yang mandi. Sayangnya, Anya tidak ingat untuk mengatakan "permisi" karena ia tidak mendengar penjelasan itu di bus atau di kelas. Ia langsung masuk ke kamar mandi dan mandi tanpa izin.

Sementara itu, di rumah keempat, para guru juga ingat untuk bilang "permisi" sebelum mandi.

“Permisi,” kata Mr. Adi dan Ms. Muthi dengan hati-hati.

Malam hari tiba. Di rumah pertama, Erick, Safendra, dan Reinard sudah tidur dengan tenang.

“Selamat malam,” kata Reinard.

“Selamat malam,” jawab Safendra.

“Selamat malam,” kata Erick, lalu mematikan lampu.

Di rumah ketiga, Michelle, Kimmie, dan Sevita masih begadang hingga pukul 11 malam.

“Wah, sudah malam banget,” kata Sevita.

“Ayo tidur cepat,” kata Michelle.

“Selamat malam,” jawab semuanya.

Di rumah guru, mereka tidur lebih awal karena kelelahan.

Namun, di rumah kedua, sekitar pukul 3 pagi, Anya tiba-tiba terbangun dan merasa dirinya ditarik oleh makhluk yang sangat besar dan kuat. Makhluk itu muncul dari dalam air Danau Toba. Anya berteriak sekencang-kencangnya, dan suaranya terdengar sampai ke rumah-rumah lain.

“ANYA!!!” teriak teman-temannya panik. Semua orang langsung berlari keluar dan mengikuti suara teriakan Anya ke arah hutan.

“Ms. Muthi, bawa senter nggak?” tanya Safendra.

“Syukurlah, iya,” jawab Ms. Muthi sambil menyalakan senter.

Mereka berlari dalam kegelapan, mencoba mencari Anya. “Dimana Anya?” teriak mereka dengan ketakutan.

"ANYA, KAMU DI MANA?" seru semuanya.

“Dengar!” kata Anya dari kejauhan.

Dengan cepat mereka berlari ke arah suara, tetapi Anya semakin jauh. Mereka terus berlari, tapi sepertinya tak ada jalan keluar. Makhluk itu terbang dengan cepat, membawa Anya semakin jauh.

Akhirnya, saat Anya hampir putus asa, ia teringat pada tablet yang ia bawa. Dalam keputusasaannya, ia menggenggam tablet tersebut dan menarik kabelnya. Tiba-tiba, kabel itu menyentuh makhluk itu dan membuatnya tersetrum. Makhluk itu pun pingsan dan Anya akhirnya bisa lepas dari cengkeramannya.

Anya berlari secepat mungkin menuju ke arah teman-teman dan guru-gurunya. “Syukurlah kamu selamat, Anya!” kata Ms. Muthi dan teman-temannya, sambil memeluknya erat.

Setelah kejadian itu, mereka mengambil barang-barang mereka dan melanjutkan perjalanan ke 

Amanat:
Cerita ini mengajarkan kita untuk selalu menghormati peraturan dan menjaga sopan santun, serta tidak melupakan tradisi dan kepercayaan yang ada di sekitar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Pendek Karya Safendra Denovan

  Ikan Mas Sakti dan 3 Saudara Pada suatu hari, hiduplah tiga anak yang tinggal di sebuah desa kecil di kaki gunung. Mereka adalah Asep, Yan...